Friday, March 20, 2009

Prospektus Reksadana (4); Latar belakang Manajer Investasi

Pemodal seharusnya mengetahui tentang perusahaan pengelola dan pengalaman mereka dalam bidang investasi. Mengetahui seputar orang - orang yang bertanggungjawab pada komite dan tim pengelola investasi khususnya mengenai pendidikan, pengalaman kerja dan izin profesi yang mereka miliki.

Pelajari dan kenali pengelolanya, namun " jangan pernah beli" bila anda tidak percaya kepada perusahaan atau pengelola yang bakal berperan mengelola investasi anda.

Dengan pengetahuan dan kemauan untuk terus menerus belajar diharapkan para pemodal Indonesia adalah para pemodal yang handal dan berkarakter. Pemodal yang mengerti proses pengelolaan setiap jenis investasi, khususnya investasi reksa dana. Semoga...

Prospektus Reksadana (3); Risiko

Risiko adalah ketidak pastian yang berhubungan dengan tingkat pengembalian investasi yang diharapkan. Risiko tidak dapat dihilangkan, tetapi dapat dikelola dan dihitung. Untuk memahami risiko, selayaknya pemodal juga mengetahui tentang produk investasi yang akan dibeli. Dengan pengetahuan yang memadai terhadap risiko, kerugian dapat diminimalisir sesuai dengan batas toleransi kesanggupan pemodal.

Semua jenis investasi mengandung unsur risiko dengan tingkat risiko yang berbeda-beda. Bila pemodal memilih investasi tabungan atau deposito maka risiko yang melekat pada instrumen ini adalah risiko tidak adanya lagi penjaminan uang diatas 100 juta dan risiko “menurunnya nilai uang” yang dimiliki. Bila pemodal deposito menerima bunga sebesar 7 – 9 persen per tahun, dan dipotong pajak bunga 20 persen dari bunga yang diperoleh (uang diatas 7,5 jt) maka bunga bersih yang diterima hanya sebesar 5,6 – 7,2 persen per tahun.

Bila diasumsikan tingkat inflasi 10 persen per tahun pada waktu yang bersamaan, pemodal sudah menanggung risiko turunnya “nilai uang” yang dimilikinya. Jumlah uang secara nominal memang bertambah, tapi nilainya sudah berkurang. Contoh mudahnya, bila tahun sebelumnya pemodal dapat membeli barang X seharga 100, maka tahun ini harga barang X sudah 110, sementara dari tingkat pengembalian uang dari investasi yang dilakukan pemodal hanya menghasilkan pokok plus bunga bersih sebesar 105,6 – 107,2. Tentu saja uang pemodal tidak mencukupi lagi untuk membeli barang X pada saat ini.

Pada produk reksa dana juga melekat berbagai risiko yang harus diketahui pemodal. Risiko tersebut diantaranya, turunnya nilai aktiva bersih (NAB) dari unit penyertaan reksa dana. Penurunan NAB disebabkan harga efek dalam portofolio kelolaan sedang turun. Umumnya manajer investasi reksa dana saham akan menempatkan lebih banyak dana kelolaanya pada saham perusahaan berfundamental baik dan memiliki kapitalisasi pasar besar, sehingga saham tersebut memiliki andil terhadap pergerakan indeks di bursa saham.

Bila pergerakan indeks harga saham gabungan Burga Efek Indonesia (BEI) searah dengan harga unit penyertaan suatu reksa dana saham, maka manajer investasi sebagai pengelola dinilai “berteman” dengan trend yang terjadi dipasar saham.

Disamping risiko menurunya harga unit penyertaan pada reksa dana, risiko likuiditas merupakan risiko yang dapat ditimbulkan oleh pemodal reksa dana sendiri. Risiko ini dapat terjadi apabila terdapat penjualan kembali unit penyertaan secara serentak oleh para pemodal (redemption rush) dan Manajer Investasi mengalami kesulitan untuk menjual portofolio dalam jumlah besar dengan waktu yang singkat.

Pada tahun 2005, Risiko ini menimpa reksa dana pendapatan tetap yang penempatan dana investasinya dominan pada efek obligasi, baik obligasi perusahaan (BUMN dan Swasta) maupun obligasi pemerintah. Pemodal yang berinvestasi pada reksa dana pendapatan tetap seharusnya mengenal dan mengetahui karakteristik yang dominan efek portofolionya adalah obligasi.

Obligasi merupakan surat hutang dengan kurun waktu (tenor) yang telah ditentukan untuk pengembalian dana disertai dengan pembayaran bunga secara berkala ( pada pengertian obligasi disini, jenis obligasi zero coupon diabaikan). Periode jatuh tempo (maturity) obligasi bervariasi mulai dari satu sampai dengan diatas 5 tahun.

Efek obligasi merupakan surat yang diterbitkan oleh emiten sebagai pengakuan berhutang kepada pemodal yang membeli, dengan disertai pembayaran kupon bunga secara berkala dan emiten akan membayar pokok obligasi pada saat jatuh tempo. Walaupun harga obligasi diperdagangkan lebih kecil dari dari nilai nominalnya (at discount) ataupun sebaliknya harga obligasi lebih besar dari nilai nominal (at premium) atau harga obligasi sama dengan nilai nominal (par), tetapi pada saat jatuh tempo, emiten akan membayar penuh sama dengan nominal (pokok).

Berinvestasi pada instrumen obligasi tidaklah menakutkan apalagi bagi para Manajer Investasi yang sudah terbiasa dengan produk- produk pasar modal. Manajer Investasi akan menilai banyak hal sebelum membeli obligasi dan menjadikanya bagian dari portofolio kelolaan. Tidak saja karena kupon bunga yang tinggi, latar belakang penerbit / emiten (diluar obligasi pemerintah) akan diperhatikan, ketepatan waktu membayar kupon dan pokok, rating yang baik dari lembaga pemeringkat, bisnis emiten yang masih solid, dan yang lainnya.

Tetapi apa sebenarnya yang terjadi pada badai reksa dana pendapatan tetap tahun 2005? Pada tahun 2005 dunia sedang dilanda krisis energi. Harga minyak merangkak naik sampai dengan 60 – 70an Dolar US per barel . Didalam negeri, pemerintah kehabisan tenaga menanggung beban subsidi minyak, APBN terancam minus, harga minyak harus disesuaikan dengan harga pasar, berarti harga BBM dinaikkan kembali.

Spekulan mencium peluang mendapatkan uang dari akibat yang dapat ditimbulkan dari rencana pemerintah yakni inflasi akan tinggi dan nilai tukar rupiah turun. Spekulan memburu dolar Amerika dan mengakibatkan rupiah melorot ke 11 ribuan. Menghadapi kondisi ini pemerintah meresponnya dengan rencana menaikkan kembali suku bunga simpanan, harapanya agar spekulan mengurangi aksinya dan menempatkan kembali dana mereka dideposito atau SBI.

Kenaikan suku bunga tentu saja akan menurunkan harga obligasi dipasar, karena harga obligasi berbanding terbalik dengan kenaikan suku bunga simpanan. Penurunan harga obligasi secara keseluruhan membuat nilai aktiva bersih pada reksa dana pendapatan tetap juga ikut turun. Investor reksa dana pendapatan tetap merespon dengan panik dan menjual kembali unit penyertaan mereka secara serentak.

Menghadapi kondisi tersebut Manajer Investasi sebagai pengelola kalang kabut mencari uang tunai untuk membayar redemption rush. Efek obligasi pada portofolio kelolaan harus segera dijual untuk mendapatkan dana segar. Pada saat pengelola reksa dana pendapatan tetap menjual obligasi, kondisi pasar sepi pembeli. Obligasi akhirnya diobral besar-besaran dengan harga murah demi “uang segar” untuk mengatasi krisis likuiditas. Nilai aktiva bersih reksa dana pendapatan tetap melorot tajam pasca penjualan.

Kalau saja pada saat kejadian tahun 2005, pemodal memahami bahwa obligasi yang dibeli pengelola akan dibayar utuh oleh emiten terhadap pokok dan bunganya pada saat jatuh tempo, tanpa melihat kondisi harga obligasi sedang turun dipasar maka kemungkinan penurunan nilai aktiva bersih tidak sedrastis pada saat kejadian. Pemodal tidak dapat disalahkan atas kejadian tersebut dikarenakan edukasi dan sosialisasi tentang investasi yang baik dan benar masih minim diterima pemodal. Kirannya dari kejadian yang pernah terjadi dapat dijadikan pelajaran berharga untuk waktu yang akan datang.

Prospektus Reksadana (2); Kebijakan investasi

Manajer investasi sebagai pengelola dana akan membuat kebijakan dan batasan investasi terhadap produk reksa dana yang ditawarkan. Kebijakan investasi berupa instrumen investasi yang dipilih dan persentase alokasi asetnya pada masing-masing instrumen.

Pelajari hal tersebut dengan teliti, jangan beli bila tidak sesuai dengan tujuan investasi anda, atau jangan pernah beli sebelum anda mengerti apa yang dimaksudkan dari kebijakan investasi yang akan dilakukan.

Prospektus Reksadana (1) ; Pengantar

"Sebelum anda memutuskan untuk membeli unit penyertaan ini, anda harus terlebih dahulu mempelajari isi prospektus ini khususnya bab....."

Kutipan cuplikan tersebut lazimnya ada pada setiap prospektus reksa dana, tetapi sering diabaikan oleh pemodal (investor). Propektus reksa dana merupakan setiap pernyataan yang dicetak atau informasi tertulis yang digunakan untuk penawaran umum reksadana dengan tujuan agar pemodal membeli unit penyertaan reksa dana.

Prospektus berisi informasi penting seperti profile reksa dana yang akan ditawarkan, tujuan dan kebijakan investasi, risiko yang yang melekat pada produk, profile manajer investasi sebagai pengelola, hak pemegang unit penyertaan, dan hal lainnya yang merupakan informasi penting yang harus diketahui pemodal sebelum mengambil keputusan untuk membeli produk reksa dana

Blog Investasikan

Blog Investasikan rencananya akan fokus membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan Investasi khususnya pada sektor pasar modal. Selain investasi, topik perencanaan keuangan akan dibahas dan dibicarakan dalam blog ini. kontribusi para pembaca berupa masukan ataupun koreksi pada topik yang sedang dibahas, akan sangat dihargai dan dihormati.

Isi dari artikel-artikel yang ada di blog ini tidak untuk "menggurui" seseorang, tetapi artikel bertujuan sebagai wahana untuk menambah wawasan tentang investasi dan perencanaan keuangan.

Terima kasih sudah meluangkan waktu membaca blog "Investasikan". Semoga bermanfaat bagi kita semua.